
Seni Dan Budaya Di Pondok Pesantren: Menjaga Warisan – Nadhoman merupakan salah satu jenis sastra lisan yang erat kaitannya dengan kehidupan di pesantren. Sebagai warisan budaya dan pendidikan, nadhoman berperan penting dalam membentuk karakter dan memperluas pemahaman peserta didik pendidikan Islam. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai pendidikan, tetapi juga sebagai cara untuk melestarikan nilai-nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Di sekolah-sekolah Islam, nadhoman sering dihadirkan dalam bentuk syair atau syair yang berisi nasehat, ajaran agama, dan hikmah hidup. Dengan melodi dan puisinya, nadhoman dapat menarik perhatian siswa sehingga memudahkan mereka dalam menghafal dan memahami isi puisi. Dalam belajar, para kyai dan ustadz sering menggunakan nadhoman sebagai metode pembelajaran kitab-kitab tradisional atau ajaran murni.
Selain pendidikan, nadhoman mempunyai arti penting. Keindahan bahasa dan ritme dalam Nadhoman mencerminkan kekayaan budaya Islam Indonesia yang sarat dengan kearifan lokal. Tradisi ini merupakan salah satu cara untuk mempromosikan dan mendukung berbagai budaya di Indonesia. Melalui nadhoman, siswa tidak hanya belajar tentang agama, tetapi juga tentang seni dan budaya yang ada di sekitarnya.
Pentingnya Nadhoman di sekolah Islam terlihat dari dukungan dan pelestarian tradisi ini secara terus menerus. Di banyak pesantren, siswa diajarkan nadhoman sejak kecil. Mereka diajak tidak hanya mendengarkan, namun juga aktif membacakan puisi-puisi Nadhoman. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menggunakan nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Meski zaman terus maju dan teknologi berkembang, namun tradisi nadhoman tetap relevan dan mendapat tempat di hati para pelajar. Bahkan sudah banyak pesantren yang melakukan update dengan membuat rekaman nadhoman dalam format audio dan video yang banyak tersedia. Dengan begitu, nadhoman tidak hanya menjadi sekolah masuk Islam, tapi juga masyarakat umum.
Nadhoman merupakan cerminan kearifan nenek moyangnya yang mampu memadukan pendidikan dan kebudayaan menjadi satu kesatuan. Nadhoman belajar banyak tentang kehidupan, moralitas dan agama melalui puisi-puisinya. Sebagai warisan budaya dan pendidikan, nadhoman akan terus menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter dan pengetahuan peserta didik di sekolah Islam. Dengan menjaga dan melindungi tradisi ini, kami turut serta memupuk budaya berharga daerah.
“Kerja bagus, ibarat parfum yang membawa keberuntungan bukan hanya bagi yang memakainya, tapi juga bagi orang-orang disekitarnya – ini sekali lagi menunjukkan kesungguhan pelestarian budaya pada masa Panggung Gembira Ignity Generation 2024 /
Suara Flores – Pondok Pesantren Modern Robitoh kembali menegaskan komitmennya terhadap pelestarian budaya melalui Panggung Gembira Ignity Generation 2024.
Tema acara panggung Ignity Generation 2024 atau Warisan Budaya yang Tumbuh Makna bertujuan untuk mempopulerkan dan mempromosikan kekayaan warisan budaya Indonesia kepada anak sekolah dan remaja putri.
Acara tahunan ini tidak hanya bertujuan untuk bersenang-senang, namun juga merupakan salah satu cara untuk melestarikan pendidikan dan budaya para pelajar dan seluruh masyarakat.
Pondok Pesantren Modern Robitoh dikenal sebagai lembaga pendidikan yang memadukan standar Islam dengan kearifan lokal. Demi melestarikan budaya, pesantren ini menyelenggarakan pertunjukan Generasi Ignity Panggung Gembira yang menghadirkan tradisi berbeda dan empat tradisi modern.
Tahun ini tema yang diangkat adalah “Living Culture” yang mencerminkan semangat melestarikan warisan budaya ke dalam sistem modern.
Pada tahun 2024 Generasi Ignity Pangung Gembira menyelenggarakan berbagai acara istimewa, mulai dari tari tradisional, musik daerah, hingga drama drama lokal.
Para siswa menunjukkan keterampilan dan antusiasmenya, menunjukkan bahwa praktik budaya masih relevan dan penting untuk dilanjutkan.
Salah satu pertunjukan yang mencuri perhatian adalah pertunjukan musikal yang menceritakan tentang perjuangan masyarakat tanah air dalam melestarikan tradisi. Pertunjukan ini tidak hanya menghibur, namun juga menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya melestarikan dan menghargai budaya.
Acara ini juga melibatkan masyarakat, termasuk para perajin dan masyarakat adat yang berbagi ilmu dan pengalaman. Melalui seminar dan diskusi, mahasiswa mempunyai kesempatan untuk belajar langsung dari para ahli sehingga memperkaya pengetahuannya tentang berbagai aspek kebudayaan.
Dampak sosial ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan, namun juga masyarakat. Melalui upaya bersama, upaya pelestarian warisan budaya dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan berkelanjutan.
Di era digital ini, Pondok Pesantren Modern Robitoh juga memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan pesan pelestarian budaya. Acara Panggung Gembira Ignity Generation 2024 disiarkan secara langsung sehingga masyarakat dari berbagai daerah dapat melihat dan merasakan semangat budaya yang ditampilkan.
Jejaring sosial secara aktif digunakan untuk mempromosikan acara dan berbagi momen penting, menjangkau khalayak yang lebih luas dan beragam.
Panggung Gembira Ignity Generasi 2024 memberikan dampak positif bagi para pelajar. Acara ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka, namun juga membangun rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap budaya lokal. Siswa belajar menghargai warisan budayanya dan didorong untuk terus melindunginya.
Acara ini juga mempertebal semangat kebersamaan dan persatuan antar mahasiswa dan masyarakat. Dengan ikut serta dalam persiapan dan pelaksanaan acara, mereka belajar bekerjasama dan saling mendukung, mempererat ikatan sosial di lingkungan pesantren dan lingkungannya.
Robitoh Pondok Pesantren Modern melalui Panggung Gembira Ignity Generasi 2024 menunjukkan bahwa kebudayaan dapat dilestarikan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. Dengan memadukan pendidikan, seni, dan teknologi, pesantren ini berhasil mendorong siswa dan masyarakat untuk terus peduli dan menghargai warisan budayanya.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang menampilkan seni dan budaya, namun juga menjadi ajang belajar dan mempererat hubungan sosial. Berkat upaya tersebut, budaya ini masih hidup dan berkembang, mewariskan tradisi berharga kepada generasi berikutnya.***
Pada tahun 2024 Berita Pilgub Jabar: Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan Dapat Nomor Urut 4, KDM Jelaskan Filosofi SundaHTN (Hukum Tata Negara) Fakultas Syariah IAIN Langsa saat berada di Pondok Pesantren/Dayah Abu Paya Pasi Cabang Sunga Ace. Pauh Utama, Kecamatan Langsa Barat (Foto: Sely/).
PASAL, – Model atau metode yang diajarkan di sekolah atau rumah pintar mempunyai pengaruh yang besar terhadap kecerdasan anak negeri.
Dalam pengertiannya model pembelajaran merupakan suatu gagasan dalam suatu sistem pembelajaran yang memberikan gambaran tentang langkah-langkah penyelenggaraan proses pembelajaran agar peserta didik memahami apa yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut. Guru dan siswa harus mempunyai ide atau rencana pendidikan agar sama-sama mau menciptakan suasana yang baik di dalam kelas untuk mempercepat proses pemahaman suatu hal.
Aceh, daerah yang menjadi pusat perkembangan Islam pertama di Asia Tenggara, mempunyai sejarah metode pendidikan yang mampu merangsang daya ingat yang lebih besar dibandingkan saat ini. Contohnya adalah model pendidikan yang diajarkan di Dayah (pondok pesantren) atau minyak, serta di sekolah-sekolah.
Dayah (sekolah Islam) di Aceh mempunyai peranan khusus dalam sejarah pembangunan Indonesia dari sudut pandang keagamaan. Institusi pendidikan Daaja dapat dikatakan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran Islam dan proses pembangunan negara ini. Dari didikannya di Dayah lahirlah ulama-ulama besar dan raja-raja yang turut serta menyebarkan Islam ke seluruh pelosok nusantara.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Bustami Usman, juga mengungkapkan saat dibukanya tahun 2017 di Hotel Grand Arabiya, Senin (13/11/2017). Kegiatan Sosialisasi Pendataan Pendidikan Dayah/Pondok (Pondok Pesantren). Banda Aceh.
Metode pengajaran atau amalan yang penulis maksud adalah metode nalam (nadzam). Nadzam merupakan salah satu dari sekian banyak kesenian Aceh yang hampir musnah oleh dunia.
Berawal dari keingintahuan penulis tentang proses mengingat sabda para ulama, guru agama terbaik Aceh, dan para ulama yang senantiasa mempersiapkan diri untuk mengaji surau-surau dan dayah-dayah di Aceh.
Sebelum penulis mendapat tanggapan dari orang tua penulis sendiri, diketahui bahwa ada metode pembelajaran yang membantu mereka lebih mudah mengingat pelajaran bermanfaat, khususnya dalam bidang keagamaan. Namun sangat disayangkan metode pengajarannya ada di Aceh, sehingga tidak ada lagi sekolah atau bahkan peneliti sastra Aceh yang mampu memperbaiki atau melestarikan khasanah budaya tersebut.
Juga karena nadzam gratis dan banyak orang yang tidak suka membacanya karena generasi sekarang masih belum tahu harus bicara apa tentang konservasi.
Nadzam dalam cerita itu seperti membaca hikayat. Dilihat dari maknanya, hikayat adalah sebuah dongeng atau cerita religi yang juga mengandung puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi-Nya, dan penulis hikayat tersebut menambahkan unsur-unsur kehidupan masyarakat sehingga menjadikannya sebuah cerita yang indah dan menyentuh hati. pendengar dan pembaca.
Teuku Abdullah Sakti, seorang sarjana bahasa Aceh, mengatakan bahwa masyarakat Aceh zaman dahulu biasa membaca cerita dalam cerita sepanjang siang dan malam kehidupan mereka. Sekarang nadzam adalah bentuk kata Arab untuk puisi. Namun dari sastra Aceh dipahami dan dijelaskan sebagai teks tertulis atau lisan yang disusun dalam bentuk (puisi) seperti puisi Arab. Syair-syair Nadzam ini juga banyak yang berhubungan dengan agama.
Agama merupakan topik yang luas untuk dibicarakan. Dalam puisinya Nadzam juga menyinggung permasalahan kehidupan yang dulu diajarkan tidak hanya di Dayah tetapi juga di sekolah-sekolah umum.
Sebab, dahulu tradisi pembelajaran bahasa Aceh masih kuat, dan sebagian besar karya yang dihasilkan berbahasa Aceh dan Melayu-Jawa.
Tradisi Nadzam sebagai seni, adat dan budaya daerah harus dijunjung tinggi dan dilindungi agar walaupun zaman terus berubah tidak hilang dan tetap menjadi tradisi selama berabad-abad.
Nadzam, suatu bentuk puisi kuno yang juga dipengaruhi oleh sastra Arab, dan kumpulan sastra Aceh yang berisi puisi, kini berubah dalam bentuk karya yang diterjemahkan ke banyak bahasa.