Pondok Pesantren: Tempat Belajar Dan Berkembangnya Karakter

Pondok Pesantren: Tempat Belajar Dan Berkembangnya Karakter – Jabatan : Ketua PAI UIN Raden Intan Lampung, Guru Besar/Ketua Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (S2), UIN Raden Intan Lampung masa jabatan 2022-2026

Pondok pesantren berbasis komunitas, khususnya di pedesaan, termasuk lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Awal keberadaan pesantren menekankan pentingnya akhlak dalam masyarakat dan kajian ilmu agama Islam sebagai pedoman hidup (tafaqqu fi al-din). (Mastuhu, 1994). Diperkirakan berdirinya pesantren di Indonesia dimulai 300-400 tahun yang lalu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat Islam (Agama, 1984/1985), khususnya di Pulau Jawa.

Pondok Pesantren: Tempat Belajar Dan Berkembangnya Karakter

Pondok Pesantren: Tempat Belajar Dan Berkembangnya Karakter

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik. Bukan hanya karena umurnya yang panjang, namun karena budaya, metode dan jaringan organisasi keagamaannya. Karena keunikannya, C. Gertz dan Abdurrahman Wahid menyebutnya sebagai subkultur masyarakat Indonesia (terutama Jawa). Pada masa kolonial, pesantren menjadi basis perjuangan kaum nasionalis lokal.

Smp Terpadu Rahmatika

Perkembangan pesantren dirasakan masyarakat dalam beberapa hal. Selain munculnya kader ulama dan tumbuhnya keilmuan Islam, salah satu contoh utamanya adalah gerakan protes terhadap kekuasaan kolonial Hindia Belanda. Aksi protes ini selalu dipimpin oleh para santri. Setidaknya satu contoh dapat disebutkan; Pemberontakan Petani Cilegon-Banten Tahun 1888 (Kartodirjo, 1993). Jihad Aceh 1873 (Kartodirjo, 1993, hlm. 250-252). Gerakan yang dipimpin oleh H. Ahmad Ripangi Kalisalak 1786-1875 dan lain-lain ini, merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa pesantren mempunyai peranan penting dalam sejarah Islam di Indonesia. (Steenbrink, 1994)

Pasca kemerdekaan negara Indonesia, apalagi setelah masa transisi Orde Baru dan pertumbuhan ekonomi benar-benar melejit, pendidikan pesantren menjadi lebih terstruktur dan kurikulum pesantren menjadi lebih ketat. Misalnya saja pesantren yang menawarkan mata pelajaran umum selain kurikulum agama dengan kurikulum ganda yaitu kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional dan kurikulum Kementerian Agama. Namun karena kewenangan pesantren ada di tangan Kaya, seringkali pesantren menyiapkan kurikulum sendiri selain kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama karena kedua kurikulum tersebut dinilai tidak sesuai dengan kurikulum. semangat Republik Islam. Pondok Pesantren.

Selain tanggung jawab internal pesantren, pemerintah juga harus secara serius mendukung proses pengembangan pesantren sebagai pengembangan kemanusiaan secara holistik.

Di era otonomi daerah, peningkatan dan pemasyarakatan peran pesantren dalam proses pembangunan merupakan langkah strategis untuk mencapai tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan. Apalagi bangsa ini sedang mengalami krisis moral. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral merupakan pionir dan inspirator dalam membentuk moralitas bangsa. Oleh karena itu, pertumbuhan tidaklah kosong, melainkan menjadi lebih bernilai dan bermakna.

Perjuangan Santri: Menyemai Ilmu, Membangun Karakter, Mencetak Pemimpin

Sesuai dengan keinginan luhur bagi kemajuan dan kemajuan masyarakat, maka pesantren terus berupaya mengembangkan dan memantapkan diri dengan kemandiriannya. Meski terlihat berjalan lamban, namun kemandirian ditopang oleh keyakinan yang kuat, sehingga lembaga-lembaga Islam mengembangkan lembaga dan eksistensinya secara berkelanjutan. Dalam artikel ini penulis membahas tentang (a) sejarah pesantren dan perkembangannya, (b) pesantren antara harapan dan tantangan, (c) misi dan tujuan pendidikan pesantren (d) pesantren masa depan. format. .

Pesantren sebenarnya merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang banyak melahirkan ulama. Tak sedikit umat Islam yang lahir dari pesantren. Bahkan Prof. Istilah “pondok pesantren” berasal dari kata pe-santri, dimana “santri” berarti santri dalam bahasa Jawa. Kata “pondok” berarti “funduq” (“atas:”) dalam bahasa Arab. Khusus di Aceh, pesantren disebut “siang”. Menurut laporan van Bruinessen, pesantren tertua di Pulau Jawa adalah Pesantren Tegalsari yang didirikan pada tahun 1742, tempat generasi muda pesisir utara belajar Islam. Namun menurut Van Bruinessen, menurut hasil survei Belanda pada tahun 1819, lembaga pendidikan serupa pesantren hanya terdapat di Priangan, Pekalongan, Rembang, Kedu, Madiun dan Surabaya (Martin, 1995). Java adalah wisma Islam Giri di utara Surabaya yang didirikan oleh Giri yang dijalankan langsung oleh keturunan Nabi Wali (Soebardi S: 1978: 68).

Mastuhu berkesimpulan bahwa lembaga-lembaga Islam di nusantara berdiri pada abad 13-17. abad, dan orang Jawa pada abad 15-16 abad ini, bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia. Penuturan Mastuh dikuatkan oleh Dhafier yang menjelaskan bahwa banyak terdapat pesantren di Serat Sentin yang menjadi pusat pembelajaran Islam di Indonesia pada abad ke-16 (Dhafier, 1982). Namun catatan Mastuhu dan Dhofier ditolak oleh Van Bruinessen yang menyusun benang Senthini pada abad ke-19, sehingga tidak dapat dianggap sebagai sumber terpercaya untuk menjelaskan peristiwa pada abad ke-17 SM (Martin, 1995).

Pondok Pesantren: Tempat Belajar Dan Berkembangnya Karakter

Oleh karena itu, para sejarawan menyimpulkan bahwa lembaga pendidikan Islam belum ada di Indonesia sebelum abad ke-18 M dan baru muncul pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 M (Martin, 1995).

Al Azhar Asy Syarif Sumut Masuk Top 10 Pesantren Terbaik –

Pesantren biasanya dijalankan oleh seorang kyai. Untuk mengatur kehidupan pesantren, kyai menunjuk seorang santri yang lebih tua untuk mengelola teman-teman sekelasnya yang masih muda, yang biasa disebut “pimpinan pesantren” di pesantren salaf (tradisional), serta orang tua dan keluarganya. belajar hidup mandiri untuk meningkatkan hubungan Anda dengan orang lain dan dengan Tuhan. Pondok pesantren memiliki banyak unsur yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya; () Ekspresi Keagamaan dan Kharisma, (5) Kitab Kuning: Referensi Penting dalam Studi Islam (Dhafier, 1982).

Pada awal berdirinya pesantren, pembelajarannya belum bersifat klasikal, dimana seorang kay mengajarkan ilmu agama Islam yang ditulis pada Abad Pertengahan (Prasidjo, 2001). Kajian-kajian tersebut mengeksplorasi berbagai fiqh, tafsir dan bahasa Arab sebagai wahana penyebaran ilmu agama. Secara umum fikih yang banyak dipelajari bernuansa mazhab Syafiq, dengan sedikit penerimaan terhadap mazhab lain, sehingga akhlak dan ajaran sufi lebih banyak terdapat pada gaya sufi al-Ghazali, meskipun lebih banyak gambaran sufi atau ajaran sufi lainnya (Martin , 1995). Oleh karena itu, menurut Azra Azra, para ulama masih sedikit berbuat untuk mengkaji tasawuf secara mendalam, tasawuf yang dipelajari hanya tasawuf al-Ghazali dan As-Ariya.

Pesantren, secara historis, sosiologis dan antropologis, seharusnya lembaga ini dianggap sebagai lembaga pendidikan alternatif di Indonesia, namun pemerintah terkesan mengabaikan lembaga pendidikan formal lainnya. Di satu sisi pemerintah mengakui produk atau kualitas lulusan pesantren, di sisi lain pesantren masih belum sepenuhnya diakui sebagai lembaga pendidikan, ciri-cirinya berbeda dengan lembaga pendidikan pada umumnya.

Karakteristik tersebut membuat pesantren tidak mungkin mengikuti aturan yang sama dengan sekolah. Pengenalan pendidikan di pesantren salaf sering menggunakan metode sorogan, bandungan dan vetonan. Sistem tanya jawab merupakan salah satu proses belajar mandiri dalam dunia pesantren atau pendidikan tradisional, merupakan sistem pembelajaran yang utama dan paling sulit bagi santri, karena santri harus sabar, tekun, patuh dan disiplin diri dalam belajar.

Tujuan Belajar Di Pesantren

Seringkali santri tidak menyadari bahwa mereka harus melalui tahap tanya jawab ini sebelum dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya di pesantren. Santri yang ingin tahu adalah kunci memperoleh ilmu agama dan menjadi orang yang bertaqwa. Sedangkan sistem bandungan atau wetonan adalah sistem pembelajaran kelompok yang dipimpin oleh kelompok yang terdiri dari 5 sampai 500 santri yang mendengarkan seorang guru membacakan, menerjemahkan, menjelaskan dan menjelaskan kitab-kitab berbahasa arab dan santri. masing-masing melihat buku mereka dan mencatat apa yang mereka anggap sulit atau penting.

Kelompok sistem ini disebut lingkaran. Apabila kyai tidak dapat mengajar dalam sistem ini, biasanya kyai menunjuk seorang santri yang lebih tua untuk mewakilinya atau menunjuk seorang yang disebut guru. Dalam edisi kali ini terdapat pembahasan atau perdebatan mengenai kajian Islam klasik, sumber alkitabiah. Materi pembahasan dan hasil pembahasan selalu ditawarkan untuk koreksi dan penambahan, apabila hasil pembahasan tidak sesuai dan sejalan dengan teks kitab klasik. Metode ini diberikan untuk meningkatkan kematangan intelektual peserta didik dan menjadikan mereka sebagai umat beragama atau santri yang tangguh (Dhafier, 1982, hlm. 28-31).

Sedangkan manajemen pesantren dan kurikulum pesantren merupakan sistem modern pesantren halaf. Kyai tidak lagi mengelola keuangan Pondok Pesantren yang sepenuhnya diserahkan kepada Yayasan Pesantren. Begitu pula dengan kurikulum yang ada saat ini yang memiliki kurikulum modern dengan kurikulum klasikal (Zarkasyi, 1998, hlm. 224-225). Di sini perbedaannya lebih kentara jika dibandingkan dengan sistem administrasi, manajemen, dan pengelolaan kelembagaan pada sistem pesantren Salaf yaitu pengurusan dan pembiayaan pesantren adalah Kyai berada di bawah kendali pemerintah kota, walaupun direktur ponpes membantunya sebagai pengawas operasional, namun pelaksanaannya tetap berjalan, uangnya milik Kai, hutang juga tanggung, santri tidak membayar pekerjaan Kyai, dan sebagainya.

Pondok Pesantren: Tempat Belajar Dan Berkembangnya Karakter

Pada abad ke-19, pengaruh Wahabi muncul di Indonesia. Akibat pengaruh tersebut, terjadilah peperangan antara pendeta dan penduduk setempat di Minangkabau. Belanda memanfaatkan perang ini dan memihak penduduk setempat. Sementara itu, beberapa organisasi beroperasi di Pulau Jawa, seperti Muhammadan dan Persis. Gaya ini berangsur-angsur berubah seiring tumbuhnya Islam di negara kepulauan tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kantor Shumubu, berdasarkan catatan Kementerian Agama yang didirikan oleh pemerintahan militer Jepang di Dhafi pada tahun 1942, jumlah unsur pesantren di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pramuka Darul Amanah Bentuk Karakter Santri Yang Kuat Dan Tangguh

Menurut laporan resmi Departemen Agama tahun 1978, terdapat 3.195 pesantren di Jawa dan Madura pada tahun 1977, dan jumlah santrinya terus bertambah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like