Pondok Pesantren: Sarana Pengembangan Keterampilan Sosial – Susi Free Air Pilot, temp. Gubernur Velix Wanggai mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam Kongres ISEI XXII, Presiden Joko Widodo menjelaskan tiga tantangan
Pondok Pesantren (Ponpes) sebagai lembaga pendidikan identik dengan agama yang kuat. Namun menghadapi tantangan bonus demografi, bagi sosok perempuan Airin Rachmi Diany, santri harus memiliki keterampilan lebih untuk meningkatkan peran dan daya saingnya di masyarakat, Kamis (30/11/2023).
“Keterampilan mempunyai peran penting dalam memperkuat peran santri, mendorong santri untuk mempelajari keterampilan yang akan meningkatkan daya saingnya di masa depan,” ujarnya saat ditemui di Pondok Pesantren Gondrong Nurul Iman Al-Barkah, Kota Tangerang.
Menurutnya, penting bagi pesantren untuk tetap terbuka terhadap perkembangan dan kemajuan dunia saat ini, dengan tetap meneruskan pendidikan agama yang melekat dalam dasar tradisi pesantren.
Lebih lanjut Airin mengatakan, keterampilan yang dipadukan dengan nilai-nilai agama dapat membantu siswa berperan lebih kuat di masyarakat dan menjembatani pemahaman agama dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
“Dengan menguasai keterampilan tersebut, lulusan pesantren dapat mengintegrasikan nilai-nilai agama dan moral yang dipelajari dengan keterampilan praktis untuk sukses di dunia modern,” kata Airin yang juga merupakan calon DPR RI dari Partai Golkar.
Oleh karena itu, calon Gubernur Banten ini mengatakan, dibangunnya program pendampingan di pesantren akan memberikan bimbingan dan dukungan pribadi kepada para siswa.
Dimana siswa dapat belajar dari guru atau profesional di bidang tertentu, menjadikannya sarana yang efektif untuk meningkatkan keterampilan.
Sebaliknya, di dunia modern, hal ini bergantung pada teknologi digital. Menurutnya, pengenalan dan pelatihan siswa dalam pemanfaatan teknologi informasi atau pemahaman terhadap teknologi terkini dapat memberikan keuntungan bagi mereka di masa depan.
Selain itu, keterampilan seperti kewirausahaan, pengelolaan keuangan atau keahlian teknis lainnya dapat memberikan landasan bagi siswa untuk menciptakan peluang ekonomi sendiri. “Hal ini dapat meningkatkan peran mereka dalam pengembangan perekonomian masyarakat tempat mereka tinggal,” ujarnya dalam pembelajaran di abad 21, metode pengajaran yang inovatif dengan integrasi teknologi digital menjadi ciri yang menonjol. Sejalan dengan perkembangan saat ini, desain pembelajaran disusun pada pengembangan kompetensi, integrasi teknologi, dan pelatihan kompetensi siswa. Pembelajaran melalui pemanfaatan media digital melibatkan pembelajaran terkait nilai-nilai universal yang harus dipatuhi oleh seluruh penggunanya, seperti kebebasan berekspresi, privasi, keragaman budaya, hak intelektual, dan lain-lain. Keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21 adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Kompetensi 4C adalah singkatan dari kreativitas, pemikiran kritis, kolaborasi dan komunikasi. Tujuan keempat unsur tersebut adalah membentuk peserta didik yang cerdas dan kompeten. Keterampilan 4C diperkenalkan pada tahun 2000 oleh Partnership for 21
Century Skills (P21), sebuah organisasi yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan di Amerika Serikat. Tujuan memperkenalkan keterampilan 4C adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi era digital. Keterampilan 4C diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan membantu peserta didik menjadi individu yang mandiri, kreatif dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di dunia global.
Di pesantren, siswa tidak hanya diajarkan ilmu agama saja, namun juga pengetahuan umum, pendidikan karakter dan penerapan teknologi. Selain bertanggung jawab menghasilkan lulusan yang berkualitas, sekolah juga berperan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga siap menghadapi era masyarakat yang sangat cerdas (Society 5.0). karakter) yang mencerminkan profil seorang pelajar Pancasila, seperti rasa ingin tahu, inisiatif, ketekunan, kemampuan beradaptasi, jiwa kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya. Nilai-nilai karakter manusia sangat penting dalam menghadapi era Society 5.0. Keterampilan 4C erat kaitannya dengan pendidikan karakter, sehingga sekolah harus berinovasi untuk mengembangkan keterampilan 4C dengan menerapkan strategi yang berbeda.
Dalam pengembangan keterampilan 4C, SMP Islam KH. Ahmad Badjuri sebagai pesantren memadukan beberapa model pengajaran, antara lain:
Dalam model penemuan, siswa berproses untuk menemukan hal-hal baru. Proses penemuan hal baru memerlukan kreativitas, sehingga model penemuan dan sintaksisnya dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa.
Model pembelajaran inkuiri digunakan untuk memperbarui proses belajar siswa. Penggunaan model inkuiri akan menciptakan kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan dan pada akhirnya berdampak pada pemahaman konsep yang ditemukan. Pada dasarnya tujuan pengajaran inkuiri adalah membantu siswa merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau solusi untuk memuaskan rasa ingin tahunya serta mendukung teori dan gagasannya.
Pada model PBL, siswa didorong untuk melatih kemampuan pemecahan masalah guna meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang mencakup pemusatan perhatian pada pertanyaan dan masalah yang bermakna, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian sumber yang berbeda, kesempatan bagi anggota untuk berkolaborasi dan diakhiri dengan presentasi produk secara nyata.
Model pembelajaran yang digunakan akan terus diperbarui sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan saat ini. Selain itu SMP Islam KH. Ahmad Badjuri juga berkomitmen mengembangkan literasi digital dengan mengembangkan keterampilan menggunakan perangkat digital sehingga siswa dapat mencari dan memilih informasi, berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi dengan orang lain, dan berkomunikasi secara efektif. (Dari Himmatus Sholikhah). Pondok pesantren mempunyai sejarah panjang dan berperan penting dalam pembentukan karakter dan penguatan jati diri bangsa. Pada artikel ini akan dikaji berbagai aspek kontribusi pesantren terhadap pemberdayaan karakter dan kewarganegaraan di desa.
Pendidikan agama merupakan inti pendidikan di pesantren. Melalui ajaran agama, para santri (santri) diajarkan nilai-nilai dasar moral dan etika seperti kesederhanaan, kejujuran, keadilan dan ketaatan pada aturan agama. Pendidikan agama di pesantren juga mengajarkan pentingnya kasih sayang dan menolong sesama. Semua nilai-nilai tersebut berkontribusi membentuk karakter yang baik dan mewujudkan masyarakat yang toleran dan menghargai perbedaan.
Salah satu aspek penting dari pesantren adalah pengembangan pribadi yang mandiri dan disiplin. Santri di pesantren tinggal jauh dari keluarga dan harus belajar menghidupi dirinya sendiri. Mereka belajar mengatur waktu, menjaga disiplin, dan bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri seperti kebersihan pribadi, kesehatan, dan studi. Semua ini membantu siswa menjadi individu yang mandiri, mandiri dan bertanggung jawab.
Pesantren juga berperan penting dalam pendidikan dan karakter bangsa. Melalui kurikulumnya, pesantren mengajarkan pentingnya cinta tanah air dan rasa kebangsaan. Santri mengajarkan tentang sejarah bangsa, nilai-nilai Pancasila, dan pentingnya persatuan dan kesatuan. Mereka diajarkan tentang tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik dan mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Semua pendidikan ini membantu memperkuat kedaulatan negara dan membangun rasa cinta tanah air.
Di pesantren, selain pendidikan agama, santri juga mendapat pelatihan keterampilan berbasis agama. Misalnya, keterampilan seperti tajwid (membaca Al-Qur’an dengan benar), adab (tata krama pergaulan yang baik) yang diajarkan, serta kegiatan seperti membaca dan menulis bahasa Arab. Hal ini membantu mereka menjadi lebih terampil dalam memahami dan menerapkan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Pesantren juga mendorong semangat kewirausahaan dan keunggulan di kalangan santri. Santri didorong untuk mengembangkan keterampilannya di berbagai bidang dan diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan kompetitif di tingkat lokal dan nasional. Hal ini membantu meningkatkan rasa percaya diri mereka dan memberikan semangat untuk mencapai kesuksesan di bidangnya masing-masing.
Pondok pesantren menciptakan jaringan komunitas yang kuat antara santri, alumni, dan warga sekitar. Santri berinteraksi dengan sesama siswa dari latar belakang berbeda sehingga menciptakan ikatan sosial yang bermakna. Mereka juga dikaitkan dengan alumni pesantren yang sukses di berbagai bidang. Hal ini memberi mereka kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan menciptakan peluang jaringan yang bermanfaat bagi masa depan mereka. Selain itu, pesantren juga berperan sebagai pusat komunitas bagi masyarakat sekitar dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti ceramah, seminar, dan kegiatan sosial.
Pondok pesantren juga berkontribusi terhadap peningkatan pembangunan ekonomi lokal di pedesaan. Dengan menyediakan fasilitas dan menarik minat santri dari luar daerah, pesantren menciptakan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa di sekitar mereka. Misalnya orang tua siswa dapat membuka usaha jasa pesan antar, toko, stand makanan atau akomodasi untuk memenuhi kebutuhan siswa. Hal ini membantu menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Baca juga: Peningkatan Kapasitas Guru dan Kyai pada Pendidikan Formal di Pondok Pesantren untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Desa Monitoring dan Evaluasi Implementasi Pemutakhiran Data DTKS: Evaluasi Dampak dan Keberhasilan Program
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren adalah sekolah agama Islam yang biasanya terletak di pedesaan dan mendidik santrinya dalam bidang agama.
Pesantren biasanya menekankan pada pengembangan karakter dan kehidupan sehari-hari melalui tinggal di pesantren, sedangkan madrasah lebih fokus pada pembelajaran formal melalui tinggal di lingkungan keluarga.
Lama tinggal di pesantren berbeda-beda sesuai dengan program pendidikan yang diikuti santrinya. Beberapa siswa menunggu beberapa tahun, sementara yang lain mungkin menunggu lebih lama hingga mereka lulus dari pendidikan tinggi.
Pondok pesantren membangun rasa kebangsaan melalui sejarah santri, nilai-nilai kebangsaan dan etika sosial. Mereka juga mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara.
Beberapa pesantren menerima santri yang beragama lain dengan syarat bersedia mempelajari agama Islam dan mentaati aturan pesantren. Hal ini bertujuan untuk memperluas toleransi antar umat beragama dan meningkatkan persahabatan antar umat beragama.
Santri yang tinggal di pesantren mendapatkan manfaat seperti pendidikan agama yang komprehensif, pengembangan karakter yang baik, berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, serta akses terhadap jaringan alumni yang besar.