
Pondok Pesantren Dan Inovasi Dalam Pendidikan – Di era digitalisasi saat ini, pendidikan menjadi sangat penting baik itu pendidikan tarbia maupun pendidikan akademik. Pendidikan dapat mengubah sikap seorang anak dalam berbagai aspek kehidupannya. Perlu diketahui bahwa pesantren dapat mengatur hal ini. Secara akademis dan pelatihan bijaksana. Dalam beberapa model sosial pesantren disebut sebagai tempat kotor dan kumuh. Banyak orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya ke pesantren. Pesantren juga seringkali menjadi yang terdepan dalam sistem pendidikannya. Sistem pendidikan seringkali menjadi kendala bagi sebagian orang tua yang ingin mendaftarkan atau menyekolahkan anaknya ke pesantren.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan di Indonesia berperan penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai keagamaan pada generasi muda. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa pesantren merupakan salah satu bentuk pengembangan pendidikan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah di Indonesia. Perlu diketahui juga bahwa pesantren masuk ke Indonesia pada abad ke-14. Dengan segala perubahan dan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu, banyak pula perubahan yang terjadi pada kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan. Pada awalnya pendidikan pesantren hanya terfokus pada Kitab Kuning berbahasa Arab. Pada awalnya pendidikan di pesantren menggunakan pendidikan tradisional yang masih dianggap remeh oleh sebagian masyarakat. Sebabnya, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan teknologi yang ada. Model seperti ini menimbulkan permasalahan dalam cara pengelolaan manajemen di pondok pesantren.
Pada awalnya pendidikan di pesantren hanya menggunakan pendidikan tradisional, yang oleh sebagian orang dianggap sangat tidak efektif karena terbatasnya pengetahuan umum dan kurangnya kecakapan hidup. Sebabnya, hal tersebut jarang bisa dilakukan di beberapa pesantren. Di pesantren tradisional, nilai-nilai adat yang menjunjung tinggi tradisi dan nilai budaya lokal juga sangat dipertahankan.
Ada yang berpendapat bahwa sistem tradisional adalah penyelenggaraan pendidikan pesantren tradisional harus fokus pada pengembangan kecakapan hidup yang relevan dan dapat menjawab tantangan zaman. Perubahan dan pembaruan sistematis diperlukan dalam sistem tradisional yang menghambat pengembangan keterampilan hidup. Lalu bagaimana pesantren menyikapi hal tersebut dan tantangan masa kini serta bagaimana pesantren menerapkan dan membenahi sistem tersebut. Banyak hal atau cara yang dapat dilakukan oleh pesantren untuk melakukan perubahan atau perbaikan terhadap sistem yang dapat diterapkan oleh pesantren. Diantaranya adalah bagaimana melakukan pembenahan sistem manajemen pendidikan agar lebih efisien dari segi waktu dan tenaga. Apa yang bisa dilakukan:
1. Mengembangkan Aplikasi Manajemen Pembelajaran Terpadu (e-learning) Hal ini dapat menjadi salah satu manajemen pendidikan di pesantren pesantren. Mengapa, kita sekarang sedang melihat era reformasi atau Industri 5.0, dimana segala sesuatunya bersifat digital. Tujuan dibuatnya permintaan ini adalah agar siswa dan pengurus serta orang tua dapat dengan mudah mengakses sistem yang ada di Pondok Pesantren Islam. Aplikasi ini menghemat waktu dan mempermudah segalanya. Pembuatan aplikasi ini juga akan sangat membantu para pengurus dan wali siswa untuk mengetahui berbagai bidang pendidikan yang tersedia di Pondok Pesantren Islam. Misalnya jadwal pelajaran, kehadiran siswa dan kegiatan yang dijalankan siswa. Ini memberi siswa akses mudah ke bahan ajar dan tugas serta sumber daya pendidikan lainnya.
2. Pelatihan Guru dan Staf Tujuan dari pelatihan guru dan staf ini adalah untuk memperbarui keterampilan digital mereka. Sebab sebagian pesantren mungkin belum menggunakan atau menyentuh secara digital. Pelatihan ini juga bertujuan untuk mengembangkan program integrasi teknologi dalam proses pembelajaran di pesantren. Pelatihan ini dapat dilakukan secara berkala maupun khusus dengan membuat program pelatihan berkala bagi Ustajd/Guru dan staf Pondok Pesantren dalam menggunakan teknologi tersebut. Pelatihan ini akan sangat membantu para guru dan pegawai pondok pesantren untuk memahami sistem aplikasi tersebut di atas. Sebaliknya dapat memberikan pengalaman baru bagi guru dan staf di pondok pesantren.
3. Monitoring dan Penilaian Digital Pada dasarnya sering digunakan dalam manajemen pendidikan di pesantren modern. Tujuannya adalah untuk melacak dan mengevaluasi kemajuan dan kinerja staf di penginapan. Evaluasi merupakan alat analisis data yang memberikan gambaran efektif atau tidaknya suatu program. Selain itu, evaluasi juga memberikan informasi tentang masa depan sistem dan pembelajaran yang telah berlangsung. Evaluasi juga membantu untuk mengetahui apakah sistem permintaan pemeliharaan berjalan lancar dan apakah benar-benar menghemat waktu dan tenaga.
4. Pengembangan Keterampilan Pengembangan keterampilan sangat penting dalam pendidikan. Baik itu dalam bidang akademik maupun non-akademik. Pengembangan ini wajib dilakukan dalam manajemen pendidikan karena membantu peserta didik mengembangkan keterampilannya. Misalnya saja di salah satu Pondok Pesantren Khatamun Nabiin di Jakarta, inovasi tersebut dimanfaatkan oleh pihak ponpes untuk mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren Khatamun Nabiin. Mahashantri dan Mahashantrivathi telah diberikan wadah untuk mengembangkan keterampilan mereka di Khatam Institute dan semuanya di bawah naungan Sekolah Perumahan Islam Khatamun Nabiyyin. Semua itu membantu meningkatkan kemampuan Mahasantri dalam bidang keterampilan.
Dalam rangka mengembangkan pendidikan yang bermutu, pesantren dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi atau organisasi industri. Sebabnya, ini tentang pertukaran pengetahuan, keahlian atau sumber daya antara pesantren dan dunia industri. Di bidang industri, pesantren juga dapat membangun koperasi untuk memudahkan alumni pesantren mencari pekerjaan di bidangnya.
Sementara itu, perguruan tinggi pesantren dapat berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan. Pesantren dan perguruan tinggi tentu mempunyai latar belakang yang berbeda. Namun hal ini tidak menjadi masalah bagi pesantren dan perguruan tinggi koperasi.
Kerja sama ini tidak hanya dapat meningkatkan kualitas, namun juga pengalaman baru dan pengetahuan baru bagi para mahasiswa. Hal ini harus dilakukan oleh pesantren dalam upayanya mengembangkan pendidikan. Perlu diketahui, Pondok Pesantren Khatamun Nabiyyin menerapkan inovasi tersebut. Pondok Pesantren Khatamun Nabiyin telah bekerjasama dengan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia. Hal ini merupakan wujud nyata upaya pengembangan pendidikan yang dilakukan pesantren dan perguruan tinggi.
Pondok pesantren memiliki banyak inovasi manajemen pendidikan untuk menjawab tantangan masa kini. Hal ini wajar mengingat situasi saat ini. Upaya menciptakan generasi emas yang luar biasa dan mengubah paradigma masyarakat mengenai pendidikan di pesantren. Beberapa inovasi di atas diharapkan dapat membantu pesantren dalam mengembangkan pendidikan dan menjawab tantangan zaman. Tentu saja bertarung di darat. Tunggu beberapa menit, sekuat apapun hiu tersebut, hiu tersebut akan mati dengan sendirinya. Ia hanya kuat di laut, bukan di darat. Karena dia tidak pernah bisa menyesuaikan diri dengan dunia. Jadi, sekali lagi, kita cenderung mengatakan bahwa semut lebih kuat dari hiu.
Namun manusia bukanlah hiu yang – malah – gagal beradaptasi dengan Bumi, manusia selalu mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Padahal, dengan pikirannya, manusia bisa hidup di luar Bumi. Masyarakat selalu bisa bertahan terhadap perubahan yang terjadi, terutama perubahan yang diciptakannya. Perubahan sosial, salah satunya.
Dunia telah berubah dan akan terus berkembang. Kotak masuk email telah menggantikan kotak surat, kuda besi telah menggantikan kuda bendi, dan sekarang bukan waktunya anak kecil bermain kelereng. Selamat datang di era globalisasi! Pengetahuan dan informasi dapat dikembangkan tanpa batasan. Perubahan tidak bisa lagi dihindari.
Globalisasi dipandang sebagai modernisasi dan modernisasi bukanlah pisau dapur yang membawa manfaat namun juga bencana. Dan bencana tersebut merupakan pekerjaan rumah besar bagi dunia akademis yang sedang bergulat dengan berbagai persoalan kompleks. Meski dunia pendidikan masih merasa aman dalam zona nyamannya, namun kini hilang ditelan zaman. Dan kegagalan dunia akademis merupakan cerminan dari kegagalan suatu bangsa dalam bertahan.
Jauh sebelum era globalisasi, terdapat lembaga pendidikan di Indonesia yang menjadi salah satu benteng masyarakat Islam dan pusat dakwah yang disebut pesantren. Bukan hanya lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama Islam, namun pesantren membentuk akhlak masyarakat melalui budaya dan pendidikannya.
Dalam perkembangannya, pesantren mengalami kemajuan dan kemunduran dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren mempunyai peranan yang kompleks dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diuraikan dalam buku “Abdurrahman Wahid”, KH. Akil Siradze mengatakan pesantren hadir untuk merespon perubahan sosial, khususnya di era globalisasi.
Dan di era ini, konflik antara tradisi nasional dan pesantren sebagai penjaga modernisasi tidak bisa dihindari. Namun pesantren mempunyai resep ampuh untuk menghadapi era perubahan yang tidak terkendali ini. Resepnya hanyalah berpegang pada hal-hal baik yang lama dan menerima hal-hal baru yang baik, (
) Dengan slogan tersebut, pesantren tentunya akan beradaptasi dengan tuntutan zaman. Oleh karena itu, peran pesantren tetap melayani masyarakat dengan mengikuti perubahan sosial tanpa kehilangan jati dirinya.
Inovasi yang harus dilakukan pesantren adalah dengan melakukan verifikasi sistem pembelajaran, mengintegrasikan pendidikan formal dengan pendidikan salaf, dan memperbarui lingkungan pesantren. Pasalnya, banyak orang tua yang mempertimbangkan ketiga faktor tersebut saat memilih lembaga pendidikan yang tepat untuk anaknya.
Itu adalah proses pembelajaran wajib yang berlanjut hingga saat ini. Sedangkan kurikulum pesantren mengacu pada Kitab Kuning yang ditulis oleh ulama terdahulu yang membahas tentang agama, fiqh, ilmu instrumen, etika, dan lain-lain. Dan sampai saat ini kurikulumnya tidak pernah mengalami perubahan sehingga timbul persepsi bahwa pesantren sudah ketinggalan jaman atau ketinggalan jaman.
Namun, tentu saja, melalui penyusunan kurikulum, hal ini menunjukkan relevansi Kitab Kuning yang langgeng