Pengalaman Menjadi Santri: Kisah Inspiratif Dari Pondok Pesantren – Santri adalah sebutan untuk semua orang yang mengenyam pendidikan di pesantren, betapapun cepatnya. Gelar ini tetap berlaku seumur hidup. Anehnya, istilah ini masih relevan hingga saat ini. Beberapa contohnya: mengikuti program akselerasi pesantren bernama Sentry Flash; Saat ini bersekolah di pesantren bernama Santri; Lulusan pesantren disebut alumni santri; Masuk perguruan tinggi disebut Mahasantri; Setelah menikah, orang dewasa disebut senera santri; Ketika ia menjadi suatu kepribadian, ia disebut penguasa jeruk; Mendapatkan pensiun dan menjadi Kia Sentry; Nanti kalau sudah berkeluarga, dia menyekolahkannya ke pesantren dan disebut penjaga jeruk. Pada dasarnya kata jeruk itu seperti sebuah gelar, terkadang digunakan di awal nama, terkadang di akhir nama, terkadang kata oranye sendiri merupakan nama panggilan, bukan nama sebenarnya.
Ini adalah kutipan menarik dari perkataan Santri sendiri, pada dasarnya jika kamu meminum air yang ada di kamar satu kali maka keberkahan santri akan ada pada kamu, disadari atau tidak. Akan selalu ada seruan untuk kembali, ada keinginan yang meluap-luap untuk berbincang lagi, meski hanya sekedar berkunjung untuk meredam keseruan.
Hafalkan kalimat itu secara samar-samar. Sebuah pesan yang terus berulang. “Rumah mungil tertulis di dahimu.” (kombinasi kata biasa). Untuk menjelaskan kata ini secara mendalam, artinya: sampai akhir hayatnya ia akan disebut Santri, karena jiwanya menyatu dengan jiwa pondok antara tubuhnya dan pondok itu Dalam jiwamu, kamu adalah jeruk.
Apa yang mendasari semangat oranye tersebut sehingga setidaknya ada enam (enam) roh yang memulainya, antara lain:
Suatu aktivitas siswa tidak akan ada tanpa siswa memperoleh pengetahuan, pembelajaran dan pengalaman. Jika ketiga hal ini dilakukan dengan benar dalam hati, semangat dinamis, progresif, gigih, solid maka akan terpasang dengan sendirinya. Miliki keberanian untuk mengikuti rutinitas, dan bertanggung jawab atas keputusan dan kesalahan. Ini cukup untuk meningkatkan jiwanya.
Seperti halnya berlian yang biasanya terlihat bening, dibalik itu sebenarnya ada proses pembuatan batu tersebut. Kemudian diolah dengan rasa sakit yang luar biasa pada kerang-kerangan tersebut, hingga akhirnya dijadikan mutiara. Mentalitas santri juga sama, yaitu terbentuk melalui perjalanan panjang sehingga menjadikannya pribadi yang luar biasa, tabah, menjadikannya pribadi yang berkomitmen, menjadikannya pribadi yang bertanggung jawab.
Tidak akan pernah terjadi dalam semalam, segala sesuatu memerlukan proses, sehingga mental oranye dilatih bukan untuk satu atau dua malam, melainkan setiap tahun di usia yang masih sangat muda, untuk terus tumbuh, berkembang dan berkembang.
Masuk ke pesantren hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati, tidak setengah hati, karena sikap setengah hati ini sering kali membuat santri mandek dan terpuruk di pinggir jalan. Tenggelam di depan perahu, mundur sebelum lari. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin memasuki ruangan tersebut sejak awal harus berusaha semaksimal mungkin, termasuk orang tua, anak, kakek dan nenek, serta teman bermainnya di rumah juga harus ikhlas. Dengan demikian maka hatinya akan penuh, niatnya akan sempurna, jika ia ikhlas dan ikhlas niatnya untuk meninggalkan segala sesuatu demi keridhaan Allah, maka niscaya Allah akan memberinya balasan yang lain.
Jika guru ikhlas dalam mengajar, lalu apa yang menjadi penghalang antara cahaya ilmu dan pikiran peserta didik kecuali kecepatan belajar? Cahaya ilmu ditempatkan pada terang hati para santri, yang membawa pada bertambahnya ilmu dan meraih kemuliaan Allah. Jika Tuhan berkehendak.
Semua santri melakukannya sambil belajar di pesantren. Jika penuh keikhlasan, keikhlasan dan rasa syukur. Lantas apa keraguan para pelajar dalam mempelajari ilmu kemahakuasaan Allah yang tak terhingga?
Jika saat ini anda berstatus santri, berdoalah dalam perjalanan menuju pesantren dan mohon pertolongan dan dukungan kepada Allah SWT, kesungguhan dalam menuntut ilmu, menyelesaikan apa yang telah anda mulai, hingga dengan menghafal pelajaran dan senantiasa membaca Al-Quran. , merupakan bagian dari ‘tujuan’ (ultimate goal) perjuangan seluruh mahasiswa.
Di akhir artikel ini, mari kita simpulkan bahwa yang terpenting dan selalu diprioritaskan di pondok pesantren adalah pendidikan, sebuah ‘tujuan’ yang tertanam dalam diri para santri, dipelajari dengan cadangan Bottom up, bottom up, menjadi pola bagi warna. Dari siswa itu sendiri. Sehingga kenangan itu sampai ke lubuk hati yang terdalam.
Dalam hal ini KH. Radin Zainuddin Fanani pernah berkata: Pendidikan merupakan pilar pembangunan, bahkan dapat dikatakan sebagai landasan segala aktivitas kehidupan.
Jika iya, maka tidak salah jika kita memilih bersekolah di pesantren demi kehidupan yang lebih maju di kemudian hari. Entahlah, jika Anda suka membaca dan menulis sesuatu, bagikanlah kepada orang lain dengan harapan mendapat pengertian dan pengertian
21 Oktober 2022 08:57 21 Oktober 2022 08:57 Diperbarui: 21 Oktober 2022 09:03 429 12 3
Begitulah kisah putri bungsu saya Rahmat Sakina Dawanti yang bersekolah di Pondok Pesantren Darul Uloom Jumbang. Sekaligus menempuh pendidikan umum di SMA Darul Uloom 2 Jumbang. Awalnya Rahma tidak mau disekolahkan di pesantren, karena pengalaman kakaknya tidak betah berada di pesantren, yang berakibat pada tidak tamat pesantren.
Rahma ngotot sampai kelas sembilan ingin melanjutkan setelah lulus SMA Negeri Surabaya, namun jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah memberikan anak keduanya kemampuan membaca dan menulis. Mengambil foto perubahan hatinya dan akhirnya tanpa sepengetahuan saya, saya online mencari pesantren di jawa timur yang mempunyai sekolah berkualitas.
Akhirnya pilihan pun jatuh pada Pondok Pesantren Darul Uloom Jumbang, karena memiliki SMA Darul Uloom 2 Jumbang yang bekerjasama dengan University of Cambridge dalam pengembangan pendidikannya dan melihat prestasi lulusannya yang banyak diterima. Dari salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia, Rahma sendiri berharap dapat melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran setelah lulus SMA.
Kejadian ini terjadi hampir tiga tahun yang lalu, kini Rahma sudah duduk di bangku kelas dua belas, dimana ia ingin mengejar gelar master di bidang sains.
Pertama kali kita masuk ke Pondok Pesantren, sebagai orang tua kita selalu membuat janji untuk berkunjung ke Pondok Pesantren dua minggu sekali, lalu setelah tiga bulan kita berkunjung ke Pondok Pesantren satu bulan sekali. Berkunjung ke Pondok Pesantren, berkunjung atau berkunjung selama pandemi Covid-19. . Pesantren dibatasi hanya 2 bulan sekali atau 2 bulan sekali dalam satu semester.
Sejak sukarela masuk Pesantren, Rahma sangat bersemangat untuk melanjutkan studinya di Pesantren, dan studi agama di Pesantren, serta studi umum di SMA Darul Uloom 2 Jumbang.
Rahma yang hobi menulis dan menerbitkan novel remaja Teddy Bear I Love You kelas 8 MTsN 4 Surabaya, serta buku antologi Ada Cinta di Madrasah dan antologi puisi Modita Lega, kerap diterbitkan di kelas . Dan pihak sekolah dalam lomba penulisan puisi dan penulisan sains remaja, serta berhasil menjuarai beberapa lomba baik yang diadakan secara internal di SMA maupun yang diselenggarakan oleh pihak lain.
Dari segi pemahaman agama dan kehidupan bermasyarakat, peningkatan yang signifikan telah ditunjukkan oleh Allah SWT, di rumah saat hari raya, sikap hormat dan kerendahan hati terhadap orang tua dan saudara, serta kebiasaan beribadah di dalam kamar dilakukan di rumah.
Ketika Rahma akhirnya masuk universitas yang memiliki Fakultas Kedokteran di Kelas 11 melalui seleksi rapor Kelas X-XI-XII semester 1-5, Rahma akhirnya diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hong Toh Surabaya. Nilai rapornya pun begitu, sehingga tidak perlu mengikuti tes seperti calon mahasiswa lainnya.
Pada saat proses pendaftaran, Hong Toh University memberikan dua pilihan, sehingga sesuai permintaannya Rahma memilih Fakultas Kedokteran Umum (FKU) sebagai pilihan pertama dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) sebagai pilihan kedua, akhirnya iklan tersebut diminta di waktu. . Pada bulan Februari 2021, Rahma diterima di Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi.
Menjadi mahasiswa adalah sebuah pilihan dan ternyata pilihan Rahmah sejalan dengan cita-citanya, walaupun ia bukan seorang dokter umum, namun Allah telah menjadikan Rahmah sebagai seorang dokter gigi yang insya Allah bermanfaat. Banyak orang namaku Marvin, aku anak desa asli, aku bersekolah di pesantren ini karena mamaku memaksa, kalau aku tidak masuk pesantren ini, itu yang aku inginkan. Pergilah, aku juga tidak akan menyerah pada rumah ini.
Kata Mamak, kalau aku tidak bersekolah di pesantren ini, Mamak tidak akan menjamin hubungan sosial dengan teman-temanku, banyak alasan seperti rokok, kereta api dan lain sebagainya yang membuat ibuku khawatir. Aku terpaksa masuk pesantren.
Tapi sejauh ini saya masih betah, semuanya masih baik-baik saja. Semuanya masih terasa nyaman, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak betah berada di pesantren ini.
Ceritakan sejenak tentang Pesantren saya, Nama Pesantren saya : Pesantren Darul Khair, Alamat : Kue Hota Za Bandar Malala. Gunung Malegas, Kab. Semalgun Pondok pesantren ini dekat sekali dengan rumah saya, saya boleh kesana, tapi seperti yang saya katakan di awal, saya tidak berani pulang karena ibu saya melarang. Sudah berapa lama saya di sini? Semua tergantung momk, asal momk mau, saya siap mengikuti keinginan momk.
Saya adalah murid pertama di pesantren ini, awalnya kami berjumlah 9 orang, 5 perempuan dan 4 laki-laki.
Kegiatan kami disini adalah belajar, seperti biasa kami masuk kelas dari jam 08.30 sampai jam 10.00, kemudian istirahat sejenak untuk sholat dzuhur dan makan siang sebelum sholat dzuhur. Persiapan dilakukan sekitar jam 12.00 siang. . Saat kita sholat kemudian kita lanjutkan belajar sampai pukul 16.00 WIT, lalu sholat magrib. Selesai sholat zuhur kami istirahat dan melakukan kegiatan bebas, kemudian pada pukul 18.00 kami makan malam hingga siang hari dan selanjutnya kami belajar pengajian hingga pukul 22.00, ini agenda terakhir, setelah itu kami istirahat malamnya
Ini adalah aktivitas kami sehari-hari kecuali hari jumat, karena hari jumat adalah hari libur, jadi kami hanya belajar dari jam 08.30 sampai jam 10 pagi, lalu istirahat, lalu jam 18.00 WIB kami belajar dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. . .
Ini merupakan indikasi aktivitasku bersama teman-temanku.