
Membangun Hubungan Yang Sehat Antara Santri Dan Pengasuh – Terjemahan Al-Qur’an: Cara-cara Perubahan dan Jalur Kesuksesan TP Dulu dan Sekarang. Astra Internasional Tbk: Pengendalian Manajemen dan Strategi Bisnis Mengetahui Tafsir Mua’wwidzatain oleh KH. Ahmad Yasin Asymuni Kediri Semangat Khatam Al-Quran Dari Analisis Sistem Manajemen Kecil Ala Ustazah Sarmini Hingga PT. Sumber Daya Mineral Swasta
Dalam dunia orang tua, ada dua kualitas yang sering bertentangan: otoritas dan kesibukan. Pengasuh yang berwibawa sering kali dipandang sebagai orang yang tegas dan menegur, sedangkan pengasuh yang penuh sukacita dipandang sebagai orang yang santai dan baik hati. Namun perpaduan kedua kualitas tersebut, yaitu wibawa dan keceriaan, dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi tumbuh kembang anak.
Otoritas tidak boleh bersifat mengancam atau mengintimidasi secara berlebihan. Wali biasa memiliki kejelasan dalam aturan dan konsistensi dalam penerapannya, namun pendekatannya hangat dan tidak jelas. Anak-anak merasa aman dan dibimbing ketika mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Kegembiraan membesarkan anak membawa unsur kegembiraan dan kreativitas. Staf yang bahagia cenderung beradaptasi dengan kebutuhan dan minat anak. Mereka sangat terbuka untuk bermain, bereksplorasi dan belajar bersama anak, yang penting untuk menumbuhkan perkembangan kognitif dan emosional anak.
Seorang pengasuh yang berhasil menggabungkan otoritas dan permainan dapat membangun hubungan berdasarkan rasa hormat, bukan rasa takut. Anak-anak cenderung menghormati dan mematuhi pengasuh yang mereka anggap sebagai sumber otoritas yang dapat menjadi teman dan pemimpin.
Kombinasi otoritas dan permainan menciptakan lingkungan pengasuhan yang seimbang dimana anak-anak didukung, dihargai dan dipahami. Pengasuh yang berhasil memadukan kedua hal tersebut tidak hanya membentuk ikatan yang kuat dengan anak, tetapi juga membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bertanggung jawab, dan bahagia. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA (keempat kiri) saat bekerja sama dengan VSI untuk menggalakkan hidup sehat di lingkungan sekolah asrama muslim. ANTARA/HO-BPNU/am.
Batavia (ANTARA) – Skandal gaya hidup santri di pesantren yang terkesan jauh dari sehat harus dihentikan, mengingat pesantren bisa menjadi langkah awal gerakan hidup sehat.
Sekolah Islam Naik merupakan lembaga pendidikan tertua yang memiliki keunikan dan ciri khas nusantara. Sejak beberapa dekade terakhir, pesantren-pesantren mampu mengukir sejarah tersendiri dalam kiprahnya turut serta membangun bangsa ini.
Karena perannya yang penting, pesantren dapat menjadi landasan yang kuat dalam menggalakkan pola hidup sehat.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Ungkap Aqil Siroj, MA. Ia mengatakan, penting bagi siswa untuk mulai mempelajari kebiasaan gaya hidup, khususnya makanan sehat, sejak dini.
Selain itu, menjaga kesehatan melalui pola hidup dan pola makan yang baik merupakan salah satu cara mensyukuri anugerah hidup dari Tuhan.
NU tak mau mengakhiri hidup santrinya yang kurang mampu, kurang tidur, terlalu banyak minum kopi manis, dan sering merokok.
Pandemi Covid-19 dapat menjadi dorongan yang baik untuk memulai dan mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, serta upaya meningkatkan kekebalan tubuh.
Dalam upaya tersebut telah dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Lembaga Kesehatan (LK-PBNU) dan Yayasan Masyarakat Vegan Indonesia (VSI).
Kerjasama ini terkait dengan upaya peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat melalui pendidikan dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di pesantren dan lembaga pendidikan dibawah PBNU di nusantara.
Aqil Siroj dan manajernya membahas rencana kerja sama dengan Masyarakat Vegan Indonesia (VSI).
Dalam pertemuan ini, Yayasan VSI yang dibawakan oleh Dr. Dr. Susianto, MKM. (yang juga merupakan Pendiri dan Presiden Organisasi Vegan Dunia) banyak menjelaskan tentang perkembangan terkini Pola Makan Nabati, dan kegiatan yang dilakukan oleh VSI Foundation untuk mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat.
Dr. Dr. Susianto yang juga Ahli Gizi, penulis buku laris bertema sayur dan buah, mengusulkan program kerja sama antara Yayasan VSI dan LK-PBNU khususnya dalam peningkatan kesehatan masyarakat dan melalui pendidikan gizi.
Kerjasama antara LK PBNU dan VSI diharapkan dapat menjadi awal yang baik sehingga menjadikan penyelenggaraan hidup sehat semakin populer.
Selain itu, pesantren NU yang jumlahnya banyak dan tersebar di berbagai pelosok nusantara, berpotensi menjadi sumber pergerakan masyarakat yang dinamis.
LK-PBNU dan VSI sepakat untuk bekerja sama meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat melalui pendidikan masyarakat.
Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap layanan promosi kesehatan dan gizi masyarakat melalui pendidikan, penerapan dan evaluasi kebiasaan makan sehat, khususnya pola makan nabati.
Aqil mengatakan, makanan nabati sangat banyak ditemui di pesantren sebagai bagian dari proses apresiasi santri.
Dahulu pesantren merupakan tempat santri yang beragama Islam. Seorang Santri, sebagaimana dikatakan Muhammad Habib Ghulam Alrasyid, tinggal di banyak perbatasan.
Kamu bangun pagi, kamu harus sholat sampai tiba waktunya sekolah. Sore harinya mereka beraktivitas di berbagai gubuk, kemudian mereka mengaji dan membaca pada malam harinya. Waktu tidurnya singkat, menu makanannya terbatas, dan kamu tinggal di sebuah ruangan besar yang berisi banyak siswa.
Namun pesantren merupakan tempat pembentukan karakter aktif dan tempat untuk memperoleh lebih banyak nilai-nilai kemanusiaan dibandingkan ilmu agama. Bahwa doktrin tersebut harus menjadi landasan persamaan, semua sama dihadapan Tuhan, persamaan antar sesama.
Siswa umumnya makan dari satu piring dan tidur di atas tikar dalam ruangan kecil, apapun status sosialnya.
Dari situlah Susianto terdorong oleh VSI-nya untuk meningkatkan status gizi mahasiswa dengan pangan nabati yang banyak memberikan manfaat penting bagi tubuh, tidak membebani pencernaan tubuh manusia.
Susianto berharap melalui kerja sama ini dapat dimanfaatkan untuk mengedukasi pola hidup dan pola makan yang lebih baik melalui perancangan dan evaluasi status pangan berbasis perkebunan.
Dari situ dapat dilakukan upaya pengendalian penyakit, termasuk pemberian makanan yang layak bagi keluarga, lingkungan Islam, dan masyarakat sekitar sekolah.
Edukasi juga mencakup berbagai pesan kepada guru dan orang tua untuk menekankan pentingnya aturan kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan secara teratur, dan menjaga jarak aman lebih dari dua meter, juga meningkatkan tingkat kekebalan tubuh sehingga siswa dan masyarakat. dapat lebih mempersiapkan lingkungan untuk menekan penyebaran virus.
Hal ini penting karena para ahli kesehatan mengatakan bahwa perubahan perilaku 80 persen efektif dalam mengendalikan suatu penyakit atau epidemi. Inilah awal mula sekolah asrama muslim memulai gerakan kesehatan masyarakat yang hidup. Menekankan , dengan tema Membangun kolaborasi yang sehat antara guru/wali dan wali siswa untuk menghasilkan generasi emas.
Acara ini menghadirkan seorang tokoh ternama dan terpelajar di bidangnya, Ustadz Dr. Tn. H. Amri Fatmi Anziz, Lc., MA Acara ini dibantu oleh wali murid Dayah Pasai Madani dan seluruh pengurus Dayah Samudera.
Secara keseluruhan acara berlangsung menarik, langsung dibuka oleh Presiden, Kabag Urusan Perempuan, Ustadzah Salsabila, St. Pd, dilanjutkan dengan pemaparan materi dari pihak pendukung dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
Halo dan hargai inisiatif Dayah yang mengadakan kegiatan malam ini. Ini membuktikan kemauan Dayah untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak kami. Saya berharap kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara rutin dengan mendatangkan dukungan dari orang-orang yang kuat di bidangnya. Perlu diciptakan rasa kepemilikan pada seluruh warga Dayah (yayasan, orang tua, Ustadz/ah, pengurus, masyarakat, termasuk keamanan di Dayah). Saya setuju dalam belajar dan mengajar; Harus ada komunikasi yang lebih baik antara orang tua/wali dan Ustaz/ah tentang Dayah. Saya juga merekomendasikan agar peran perwakilan orang tua/wali dipenuhi dan dilibatkan dalam proses pembelajaran dan pengembangan Dayah. Itu saja dan terima kasih. Selamat tinggal
Selain itu, Pembicara Webinar Al Mukarram Ustadz Dr. Tn. H. Amri Fatmi Anziz, Lc., MA Diuraikan 7 pokok-pokok wali santri dalam menitipkan putra-putra Dayah, yaitu;
Sementara itu, pimpinan Dayah AL Mukaram Ustadz Mursalin Basyah, Lc., M.Ag mengucapkan terima kasih kepada pemateri yang telah meluangkan waktunya. Masya Allah tradisi itu sesuatu yang langka, suatu pencerahan yang langka, apalagi bagi kami para pengelola, kami merasa masih harus banyak belajar karena kata ahlinya untuk mengajari anak-anak membangun sesuatu selain perencanaan. Kalau Anda mendesain sebuah bangunan, mungkin bisa selesai dalam 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan. Namun tidak juga dalam merancang generasi. Terkadang satu abad saja tidak cukup untuk menghasilkan generasi emas.
Jadi kita belajar terus, memang tujuan kita di Dayah Samudera Pasai Madani ini, apa yang kita lakukan itu berdasarkan ilmu, tidak bisa asal-asalan. Apalagi kita adalah manusia, makhluk istimewa yang diciptakan Allah.