
Kehidupan Santri Di Pondok Pesantren – Universitas Islam, seperti halnya sekolah Islam tradisional, merupakan tempat unik yang mengembangkan karakter dan spiritualitas setiap siswanya. Dalam kehidupannya di pesantren, seorang santri banyak menghadapi tantangan dan pelajaran penting yang menjadikannya pribadi yang lebih baik. Mari kita lihat lebih dalam pengalaman hidup seorang santri di pesantren.
Bagi mahasiswa, hari-hari di perguruan tinggi Islam dimulai saat fajar, yaitu saat dimulainya hari kerja. Pembelajaran Al-Quran, Hadits, Fiqh, Isna Fiqh, Tauhid, Nahw Shorf, Tafsir dan pendidikan agama di pesantren merupakan landasan pendidikan. Santri didorong untuk memahami ajaran Islam secara mendalam dan menjalani kehidupan sehari-hari sesuai nilai-nilai Islam.
Universitas Islam tidak hanya menjadi tempat belajar tetapi juga komunitas sosial dan koperasi. Santri hidup dalam lingkungan keluarga, berbagi ilmu dan saling membantu dalam belajar. Hal ini mengarah pada peningkatan hubungan di antara mereka, memberikan rasa persatuan yang lebih dalam.
Salah satu nilai yang ditanamkan di perguruan tinggi Islam adalah kedisiplinan. Sejak Anda bangun, disiplinlah dalam tugas Anda, jalani setiap hari dengan baik. Hal ini membantu siswa mengembangkan kebiasaan baik yang membantu mereka tidak hanya dalam pelajaran agama tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Hidup di universitas Islam tidak selalu mudah. Santri akan menghadapi banyak tantangan baik dalam pendidikan maupun kehidupan. Namun, hal inilah yang membuat mental mereka tangguh dan keras kepala. Mereka belajar tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk berkembang dalam menghadapi segala permasalahan yang ada.
Pembelajaran di perguruan tinggi Islam ditujukan tidak hanya pada pendidikan saja, namun juga pada pengembangan perilaku keislaman. Santri mengajarkan untuk menjadi pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama. Nilai-nilai tersebut tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan mereka di Universitas Islam, namun juga menjadi pedoman perjalanan hidup mereka di masyarakat.
Sebagai pewaris agama Islam, mahasiswa perguruan tinggi Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan dan memberikan hasil intelektual pesantren. Mereka belajar tidak hanya secara individu tetapi juga sebagai bagian dari kelompok yang memajukan ilmu pengetahuan dan agama.
Pengalaman menjadi mahasiswa di universitas Islam bukan hanya sekedar pendidikan tetapi juga perjalanan spiritualitas dan karakter. Melalui kehidupan bermasyarakat, kedisiplinan dan pembentukan karakter keislaman, perguruan tinggi Islam efektif mencetak insan-insan yang berkomitmen pada nilai-nilai agama dan umat. Setiap detik perkuliahan di universitas Islam sangat bermakna, memberikan landasan yang kokoh untuk maju sebagai individu yang bernilai tinggi bagi masyarakat dan negara. Seperti yang Anda ketahui, Universitas Islam merupakan tempat yang sangat bernilai bagi mahasiswa. Salah satu aspek yang paling nyata dari universitas Islam adalah menciptakan model dan pelayan bagi masyarakat. Dalam hal ini tentunya lulusan pesantren harus mampu bekerja untuk masyarakat.
Dalam upaya mencapai hal tersebut, Pondok Pesantren Al Masoem selalu menyelenggarakan keseharian para santrinya. Lalu apa yang sehari-hari dilakukan santri Pondok Pesantren Al Masoim? Untuk lebih jelasnya, simak pembahasannya di bawah ini!
Shalat berjamaah merupakan salah satu acara wajib yang ada di perguruan tinggi Islam. Tidak boleh ada orang malas yang shalat lima waktu di gereja.
Jika berdoa sendirian membuat Anda berat dan lamban, berdoa di gereja akan membuat Anda senang dan bahagia. Ketika suara azan, siswa hendaknya pergi ke gereja dan bersiap untuk berdoa bersama.
Kapan pun waktu salat Tahajud tiba, para santri selalu bangun untuk melaksanakannya. Menjelang waktu salat subuh, para santri tidak diperbolehkan tidur lagi. Agar tidak tertidur lagi saat menunggu subuh, hendaknya santri berdzikir. Sholat Tahajjud ini tidak akan sulit jika sudah membentuk suatu kebiasaan.
Tadarus al-Qur’an juga menjadi salah satu kegiatan sehari-hari siswa di sekolah Islam. Setelah satu tahun, siswa akan diorientasikan untuk mampu membaca Al-Quran. Jadi mereka akan melakukan tadarus setiap hari setelah sholat subuh atau magrib.
Di pesantren santri akan belajar membaca dan menulis Kitab Suci, mempelajari tauhid, teologi, fiqh, nahwa sharaf, kaidah ishun, mantik, balaga, ilmu tafsir dan ilmu falaq. Setiap pesantren mempunyai kurikulum tersendiri, seperti kelas pengajian atau tingkatan kitab yang akan dipelajari.
Siapa pun yang lulus dari universitas Islam diharapkan menjadi seorang hafiz atau hafiza. Dengan demikian, hafalan merupakan salah satu mata pelajaran terbaik di universitas Islam. Materi hafalan bermacam-macam, misalnya bahasa Arab, ayat-ayat Alquran, bahasa, kitab kuning. Setelah belajar, siswa harus menyerahkan nilainya ke sekolah.
Jika setoran tidak memenuhi target, maka siswa tersebut harus dikenakan sanksi. Misalnya seperti membersihkan ruangan, atau menjahit.
Lalaran adalah tindakan membaca dan melantunkan ayat-ayat dalam sebuah buku dalam bentuk lagu. Kegiatan ini dirancang untuk memudahkan siswa mengingat pelajaran dalam buku.
Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai supernumerary, karena pernyataan tertulis disebut supernumerary. Beberapa kitab yang disegani oleh para santri adalah kitab aqidatul awwam, imrithi, maqsud, alfiyah bin malik dan masih banyak lagi yang lainnya. Dalam kegiatan ekstra Soman, santri juga harus menyumbangkan uang kepada Ustad.
Hitoba atau ceramah diberikan oleh siswa secara bergantian, hal ini bertujuan untuk mengajarkan siswa keterampilan berbicara di depan umum. Topik yang disampaikan dalam ceramah bisa apa saja, kebiasaan yang digunakan untuk menunjang kegiatan juga beragam, seperti gamis, sorban, jas, udeng ala syekh arab atau berkacamata formal.
Solusi Universitas Islam adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk membahas masalah ini. Pekerjaan ini harus dimulai dengan membaca beberapa bagian buku ini. Setelah membaca isi, terjemahan, terjemahan dan penjelasannya, akan dibuka diskusi tanya jawab.
Melalui Q&A akan banyak pertanyaan yang dibahas. Permasalahan yang dibicarakan bisa apa saja, misalnya permasalahan yang berkaitan dengan fiqh, nahwa, shorof, dan lain-lain.
Karya selanjutnya adalah btsul masa’il. Karya ini merupakan karya yang membahas hubungan antar keyakinan agama berdasarkan kitab suci Al-Qur’an, Hadits dan kitab-kitab ulama sebelumnya.
Yang membedakan keputusan dengan penyelesaian adalah keputusan menggunakan satu bab dalam kitab dalam pembahasannya (bahtsul bahtsul), yaitu bahtsul masa’il sudah terdapat pertanyaan-pertanyaan dan yang tersisa hanyalah menciptakan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Nderes membaca. Jika waktunya nderes Al-Qur’an, maka artinya tadyrus Al-Qur’an, atau mengulang-ulang sampai hafal. Kalau kata nderes kitab artinya membaca dan belajar, mengulangi kitab-kitab yang pernah dipelajari dahulu. Siswa yang sering belajar dengan giat akan menjadi siswa yang cerdas karena dengan belajar akan membantu siswa untuk lebih cepat memahami pelajaran dan segala ilmunya.
Marhabanan adalah perbuatan membacakan shalawat Nabi dan teks Maulid Nabi dalam bentuk syair atau prosa oleh para ulama terdahulu. Misalnya Diba’, Barzanji, Burdah, Shimtud Duror, dll. Acara Marhaban secara adat diadakan setiap malam jumat bersama seluruh mahasiswa Perguruan Tinggi Islam. Pada saat marhobanan, siswa membaca dengan hati-hati dan penuh perhatian meskipun sambil berdiri.
Ro’an adalah proyek komunitas yang dibuat oleh mahasiswa. Roan sering diidentikkan dengan pekerjaan membersihkan pesantren setiap hari raya atau sehari sebelum hari raya.
Terkadang tindakan ini juga dijadikan kata kerja sama para santri dalam pembangunan suatu bangunan di pesantren, seperti cetakan, tembok, dan lain-lain. Tindakan ini dapat meringankan beban para pengurus pesantren. Adanya kegiatan juga membuat siswa memahami cara saling membantu.
Kegiatan santri di pesantren beragam karena pesantren merupakan wadah untuk memperbaiki perilaku santri sebelum JAMBI, Fakultas Pembelajaran dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi () yang merupakan bagian dari pendidikan kita. Pada hari Kamis tanggal 15 Juni 2023 bertempat di Pondok Pesantren Nurul Iman Kota Jambi, Pembelajaran Bahasa Arab, Pengelolaan Pendidikan dan Sistem Keuangan Pendidikan berhasil menyelenggarakan Gerakan Pesantren Sehat”.
Sikap terhadap pelayanan kesehatan di perguruan tinggi Islam merupakan wujud kepedulian guru FKIP terhadap lingkungan pesantren. Kegiatan tersebut termasuk dalam acara kemasyarakatan yang rutin diadakan oleh para guru yang telah menyelesaikan Tridharma Perguruan Tinggi. Gerakan Perlindungan Sosial Pondok Pesantren Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Iman, Guru Al Hudori, Asatija dari Pondok Pesantren Nurul Iman dan masih banyak lagi warga Pondok Pesantren Nurul Iman.
Kehidupan asrama di pesantren diketahui mengajarkan santri untuk saling berbagi dan membantu, seperti saling membantu dan saling meminjamkan kitab atau kitab suci. Tidak hanya dari segi pendidikan, pemikiran sosialnya saja, perilaku siswa tersebut juga merambah ke pribadinya.
Keadaan seperti ini menimbulkan kesalahpahaman siswa mengenai penerapannya, khususnya dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Misalnya budaya yang sudah menjadi hal yang lumrah di asrama pesantren, jika ada salah satu santri di asrama yang tidak mempunyai handuk, maka ada teman yang meminjamkannya kepada temannya yang membutuhkan. Handuknya, bisa dibilang, akan dibagikan bersama. Dan itulah yang dilakukan sebagian besar siswa.
Mar’atun Sholiha, M.Pd.I., guru pendamping program bahasa Arab yang juga mantan siswa pesantren, membenarkan bahwa pekerjaan seperti itu jarang terjadi di kalangan siswa. Sebab, kehidupan yang budaya berbagi dan saling membantu merupakan kebiasaan yang ditanamkan pada diri para siswa tersebut.
Saling berbagi dan membantu juga merupakan rasa persatuan dan semacam persatuan antar teman-teman muslim di sekolah Islam. Banyak hal yang dilakukan di universitas-universitas Islam secara bersama-sama dan bersinergi. Ini juga termasuk tidur bersama, terkadang berbagi selimut dengan teman, dan lain-lain. Hal ini dilakukan para siswa tanpa sedikit pun rasa takut atau cemas atau bahkan rasa jengkel atau marah. Sebaliknya, mereka bergabung