Kegiatan Santri Putri Di Pondok Pesantren – Sebagaimana diketahui, pesantren merupakan tempat yang penuh dengan kegiatan sehari-hari yang produktif bagi para santri. Salah satu fungsi pesantren yang paling kentara adalah menciptakan teladan dan pelayan bagi masyarakat. Dalam hal ini tentunya lulusan pesantren diharapkan mampu mengabdi kepada masyarakat.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Pondok Pesantren Al-Maasim selalu merencanakan kegiatan sehari-hari para santrinya. Lantas, apa saja keseharian santri di Pondok Pesantren Al-Maasim? Untuk mengetahuinya, simak pembahasannya di bawah ini!
Shalat berjamaah merupakan salah satu kegiatan wajib di pesantren. Tidak ada wali yang boleh lalai dalam melaksanakan salat lima waktu.
Bila salat sendirian terasa berat dan lamban, maka salat berjamaah akan terasa ringan dan bersemangat. Setelah mendengar azan, hendaknya para santri berangkat ke masjid dan bersiap melaksanakan salat berjamaah.
Setiap kali waktu salat Tahajjud tiba, para santri selalu bangun untuk salat. Siswa tidak diperkenankan tidur lagi jika mendekati shalat Subuh. Agar tidak ketiduran lagi saat menunggu subuh, hendaknya santri menyebutkan. Kegiatan salat Tahajjud ini tidak akan sulit jika sudah menjadi kebiasaan.
Tadars al-Qur’an juga menjadi salah satu kegiatan sehari-hari santri di pesantren. Dalam setahun siswa akan fokus mengaji. Oleh karena itu, mereka akan mengajar setiap hari setelah salat subuh atau magrib.
Di pesantren santri akan belajar tentang membaca dan menulis Al-Qur’an, ilmu tauhid, akhlak, fikih, kehormatan sintaksis, prinsip-prinsip al-usul, muqtah, retorika, tafsir dan ilmu ilmu. Setiap pesantren mempunyai kurikulum akademik masing-masing, seperti kelas pengajian atau jenjang kitab yang harus dibaca.
Setiap lulusan pesantren pasti diharapkan menjadi seorang Hafiz atau Hafiz. Oleh karena itu, Memorial menjadi salah satu program unggulan pesantren. Bahan hafalannya sangat beragam, misalnya bahasa Arab, ayat Al-Qur’an, kata-kata bahkan Kitab Kuning. Setelah menghafal, siswa wajib menyerahkan hafalannya kepada guru.
Jika jumlah yang disetorkan tidak mencapai target, maka akan ada sanksi yang harus ditanggung siswa. Misalnya seperti membersihkan ruangan yang macet atau stuck.
Lalaran adalah perbuatan melantunkan ayat-ayat kitab dan mengulanginya dengan cara dilantunkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memudahkan siswa mengingat pelajaran yang ada di buku.
Ada pula yang menyebut kegiatan ini Nadzuman, karena ayat yang dihafal disebut Nadzum. Beberapa kitab yang dipuja oleh para santri adalah Aqiedat al-Awam, Amarthi, Maqsood, Al-Fih Ibnu Malik dan masih banyak kitab lainnya. Dalam kegiatan nadzoman, santri juga perlu tunduk kepada ustadz.
Khotbah atau ceramah dipersiapkan oleh mahasiswa yang tujuannya untuk melatih kemampuan public speaking mahasiswa. Topik yang disampaikan dalam perkuliahan bisa apa saja, dan atribut yang digunakan untuk menunjang kegiatan ini juga sangat berbeda-beda, misalnya baju, sorban, jas, udeng ala syekh arab atau kacamata ala resmi.
Debat di pesantren merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendiskusikan suatu permasalahan. Kegiatan ini sebaiknya dimulai dengan membaca beberapa bab dari buku tersebut. Setelah membaca, menafsirkan, menerjemahkan dan menjelaskan materi, dibuka sesi tanya jawab.
Sejumlah permasalahan akan muncul dari sesi tanya jawab yang akan dibahas. Persoalan yang dibicarakan bisa apa saja, seperti yurisprudensi, sintaksis, kehormatan, dll.
Aktivitas selanjutnya adalah masalahnya. Kegiatan ini merupakan kegiatan berdiskusi mengenai permasalahan sosial dalam sudut pandang keagamaan berdasarkan Al-Qur’an, Hadits dan kitab-kitab para ulama terdahulu.
Perbedaan diskusi dengan diskusi adalah diskusi menggunakan bab-bab buku dalam pembahasannya, sedangkan dalam diskusi sudah terdapat pertanyaan-pertanyaan dan yang tersisa hanyalah menyiapkan solusi untuk memecahkan suatu masalah.
Nderes adalah kegiatan membaca. Kalau kata Nadris al-Qur’an berarti mengajarkan Al-Qur’an, atau mengulanginya sampai hafal. Kalau istilahnya kitab ndere, artinya membaca dan mengaji serta mengulang-ulang kitab yang telah dibaca sebelumnya. Siswa yang giat belajar seringkali menjadi siswa yang lebih pintar karena dengan belajar siswa akan lebih cepat memahami pelajaran dan lebih cepat menangkap seluruh ilmunya.
Marhaban adalah perbuatan membacakan teks kelahiran dan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bentuk nasr atau prosa oleh para ulama terdahulu. Misalnya Diba, Barzanji, Burda, Shamtod Duror dan lain-lain. Kegiatan Marhaban diselenggarakan seperti biasa setiap malam Jumat bersama seluruh santri Pondok Pesantren. Pada saat Marhaba, para santri berdiri dan belajar dengan cermat dan sungguh-sungguh.
Ro’an merupakan pengabdian masyarakat yang dijalankan oleh mahasiswa. Ro’an umumnya diidentikkan dengan kegiatan bersih-bersih pesantren pada setiap hari libur atau sehari sebelum hari libur khusus.
Terkadang kegiatan ini juga merupakan istilah gotong royong para santri ketika membangun sebuah bangunan di pondok pesantren, seperti pengecoran, tembok, dan lain-lain. Kegiatan ini dapat membebani para staf pondok pesantren. Adanya kegiatan juga berarti siswa memahami bagaimana rasanya saling membantu.
Kegiatan santri di pesantren sangat berbeda, karena pesantren merupakan wadah peningkatan kepribadian santri (PPM) yang mendidik anak-anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), di pinggiran desa, di desa. Dalam keadaan normal, siswa praktis ditugaskan ke masyarakat. Setiap sore pada waktu yang telah ditentukan, anak-anak yang tersebar di setiap sudut desa diajari membaca dan menulis materi Al-Quran dan Islami. Namun karena situasi yang belum kondusif akibat pandemi Covid-19, maka item TPQ dialihkan kepada siswa/siswi kelas 7 khususnya yang masih mahir membaca dan menulis Al-Quran atau belum ada ahlinya. Hal tersebut diungkapkan Vader Riya Putri, Ustada Shoofiana Hakimah, S.Pd.I. Oleh, pada Senin (5/4/2021) diresmikan kegiatan TPQ PPM Wanita Zamzam 2021.
Guru Shoufiana berharap kedepannya para siswa tidak hanya mengikuti kegiatan anak-anak di TPQ saja, namun juga beramal. “Karena dengan adanya kegiatan ini, selain ilmu yang diperoleh, para siswa juga bisa mendapatkan pengalaman menjadi guru di sana, Insya Allah menjadi pengalaman penyaluran ilmu yang bermanfaat yang pasti ada. Charity, “Mahasiswa juga diminta untuk melakukan kegiatan tersebut semaksimal mungkin, yakni di bulan Ramadhan, berpuasa minimal dua minggu,” ujarnya.
Menurut PJ kegiatan ini, guru Noorulfaza, S, Pd.I. Dijelaskan bahwa materi tersebut salah satunya diberikan sebagai bahan ajar bagi siswa kelas bawah yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an, sehingga panitia Ustadzah Inder Wahuningram, S.Pd. mengajaknya untuk memberikan materi tentang teknik konseling Al-Quran.
Siswa yang berhasil terpilih menjadi guru TPQ berjumlah 35 orang. Hal tersebut diungkapkan Zaha Nanda Paranti Azhari SPD, staf pengajar Sivan Thalibat. “35 siswa merupakan hasil seleksi tim Syuun Thalibat.” “6 orang diantaranya berasal dari siswi kelas 10 dan 5 orang dari kelas 11,” jelasnya (h).